Selasa, 05 Juni 2012

KOMUNIKASI KONSELING


PERMASALAHAN

Kesehatan reproduksi adalah kesejahtraan fisik, mental dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.
Agar dapat melaksanakan fungsi reproduksi secara sehat, tidak ada kelainan anatomis dan fisiologis traktus reproduksi baik pada pria maupun wanita, landasan psikis yang memadai, terbebas dari kelainan/penyakit baik langsung maupun tidak langsung mengenai organ reproduksinya, dan wanita yang hamil memerlukan jaminan bahwa ia dapat melewati masa tersebut dengan aman. Gangguan fungsi reproduksi khususnya infertilitas (ketidak suburan) cukup banyak frekuensinya. Dilaporkan bahwa 10 – 15 % pasangan usia subur mengalami gangguan ini (Dubin & Amelar,1971; Glass,1986).
Infertilitas adalah kegagalan menjadi hamil dan melahirkan anak hidup pasangan suami istri setelah melakukan hubungan seksual secara teratur selama 12 bulan tanpa menggunakan alat kontrasepsi.
Untuk terjadinya kehamilan diperlukan sel spermatozoa milik pria yang berkualitas baik serta jumlahnya cukup dan sel telur milik wanita yang berkualitas baik melalui sistem seksual dan reproduksi yang normal (Glass,1986). Sperma disebut normal (Normozoospermia) bila hasil pemeriksaan variabel sperma memenuhi batasan-batasan yang telah ditentukan yakni : volume sperma 2 ml atau lebih; pH 7,2- 8,00; konsentrasi spermatozoa 20 juta/ml atau lebih; motilitas 50% atau lebih bergerak cepat lurus kedepan atau lebih; morfologi normal spermatozoa 30 % atau lebih (Subratha,1999; WHO,1999). Sperma dengan kualitas dan kuantitas dibawah normal mempunyai kemampuan membuahi sel telur lebih kecil dibandingkan dengan yang normal, sehingga kemungkinan terjadinya kehamilan juga lebih kecil.
ETIMOLOGI
Infertilitas dapat disebabkan oleh gangguan pada pihak suami (40 %), gangguan pada pihak istri (40%), gangguan pada kedua pihak (10%) dan tidak diketahui (10%) (Glass,1986).
Beberapa penyebab infertilitas pada pihak pria antara lain : anomali kongenital saluran reproduksi, kegagalan testis primer & sekunder, varikokel, infeksi antara lain penyakit menular seksual (PMS), keracunan bahan kimia, bahan fisik, obat-obatan, gangguan kromosom, beberapa penyakit kronis (hati, ginjal), gangguan imunologis. Adanya penurunan fungsi spermatozoa antara lain jumlah spermatozoa per ejakulat yang berkurang, penurunan motilitas progresif spermatozoa, berkurangnya persentase bentuk normal spermatozoa, berkurangnya waktu hidup spermatozoa, dan adanya kelainan integritas membran spermatozoa akan mengakibatkan terjadinya kegagalan spermatozoa membuahi sel telur (Hafez,1980; Pangkahila,1985; Overstreet & Davis,1995; Ohl & Menge,1996; Speroff et al,1999).
Pada wanita penyebab infertilitas antara lain kegagalan ovulasi (40%), adanya gangguan pada tuba & panggul (40%) , kelainan anatomi traktus reproduksi dan kelainan thyroid (10%) (Samsulhadi,1997).
PENANGANAN
Penanganan infertilitas harus ditujukan pada pihak pria (suami) dan wanita (istri) sebagai suatu pasangan. Melalui pemeriksaan yang benar dan lengkap diharapkan dapat diketahui penyebab infertilitas pasangan tersebut. Dengan demikian dapat ditentukan pengobatan atau tindakan yang tepat untuk memperbaiki keadaan kesuburan baik pada suami ataupun istri sehingga diharapkan terjadinya kehamilan yang diharapkan. Dalam tatalaksana penanganan infertilitas pria pemeriksaan analisis sperma mutlak harus dilakukan, karena hasil analisis sperma merupakan titik tolak pemeriksaan dan tindakan andrologis berikutnya dalam penanganan infertilitas pria.
Tahapan pemeriksaan laboratorium adalah sebagai berikut : pemeriksaan analisis sperma rutin, pemeriksaan analisis sperma lanjutan, pemeriksaan hormonal, pemeriksaan genetika medis, pemeriksaan radiologi, biopsi testis , pemeriksaan darah lengkap, urine lengkap dan pemeriksaan mikrobiologis (kultur sperma & tes sensitivitas) (Dalton,1985; Bernstein,1994).
Pada pemeriksaan analisis sperma diperlukan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi agar hasil pemeriksaan dapat dipertanggungjawabkan serta memenuhi kaidah-kaidah yang sudah dibakukan.
Penanganan dan terapi masalah infertilitas ditujukan kepada faktor penyebabnya baik pada pihak pria maupun pada pihak wanitanya. Konseling memegang peranan penting dalam menangani masalah infertilitas. Penderita harus benar-benar siap mengetahui kenyataan bila salah satu pihak atau kedua belah pihak yang menjadi penyebab masalah itu. Tidak sedikit laki-laki yang menjadi cemas dan merasa kehilangan kejantanannya karena tidak dapat menghamili istrinya. Hal ini dapat dihindarkan dengan penjelasan yang benar. Penjelasan yang benar seringkali telah dapat mengatasi masalah infertilitas yakni penjelasan tentang kehidupan seksual pasangan tersebut yang meliputi frekuensi dan posisi hubungan seks, ejakulasi dan pascaejakulasi. Frekuensi hubungan seks sering kali dilakukan berkali-kali pada masa subur dan bila tidak masa subur pasangan tersebut melakukan pantang seksual. Pada hal yang benar adalah hubungan seks harus dilakukan secara teratur sesuai dengan periode pematangan spermatozoa (2-3 hari) dengan demikian akan diperoleh spermatozoa yang sehat dan berkualitas. Juga masalah posisi dan pascaejakulasi yang benar adalah pihak wanita tidur terlentang (bila perlu diberi bantal dibawah pantat) dan istirahat 1-2 jam, setelah itu baru bisa membersihkan diri. Hal ini untuk memberi kesempatan pada spermatozoa pada forniks posterior vagina untuk melakukan penetrasi ke dalam kanalis servikalis.
Tujuan pengobatan pada pihak pria ialah untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas spermatozoa dan pengobatan seyogyanya ditujukan pada penyebab infertilitas, seperti berikut  : Bahan-bahan toksik harus dihindari, bila ada infeksi diberikan obat antiinfeksi dan dipilih obat-obat yang dapat terkonsentrasi di dalam sistem reproduksi pria misalnya trimetoprim sulfametoksasol, doksisiklin, ampisilin dan eritromisin.
Bila terjadi defisiensi hormon gonadotropin, misalnya pada hipogonadotropik hipogonadisme diberikan hormon gonadotropin misalnya human chorion gonadotropin (HCG) dan human menopausal gonadotropin (HMG) memberikan hasil yang cukup memuaskan (Rosenberg,1976).
Bila didapatkan adanya varikokel harus dilakukan vasoligasi. Pada penderita varikokel mula-mula yang terganggu adalah motilitas spermatozoa , menurut Mc Leod motilitas spermatozoa yang menurun ini ditemukan pada 90 % pria dengan varikokel, sekalipun hormon testosteron dan gonadotropinnya normal. Dubin & Amelar mendapatkan bahwa kira-kira dua per tiga pria dengan varikokel yang dilakukan tindakan pembedahan akan mengalami perbaikan motilitas spermatozoanya.
Adanya sumbatan saluran sperma (vas) pada pria akan menunjukkan azoospermia, kadar hormonal dalam batas-batas normal (FSH, LH, Testosteron) dan volume testis normal (16-30 ml), dapat dilakukan tindakan pembedahan mikro (vasoepididimostomi) dapat membantu dengan 90% ejakulatnya mengandung spermatozoa , akan tetapi angka kehamilannya berkisar antara 5- 30 %.
Pada penderita dengan gangguan spermatogenesis yang penyebabnya idiopatik, beberapa pengobatan telah diberikan dan ternyata memberikan hasil yang cukup menggembirakan. Beberapa diantaranya adalah: Androgen seperti mesterolon dan fluoksimestron yang diberikan peroral, Klomifen sitrat, Gonadotropin (HCG, HMG, HCG+HMG), Fosfolipid esensial, seng (Zn), dan vitamin E (Dalton, 1985). Inseminasi buatan suami (AIH), inseminasi buatan dengan menggunakan sperma suami dapat dilakukan pada keadaan-keadaan: Gangguan transpor sperma ke dalam vagina seperti pada impotensi, ejakulasi retrogrid, hipospadia/epispadia; Kualitas dan kuantitas spermatozoa terganggu; Gangguan penetrasi spermatozoa ke kanalis servikalis (Hughes et al,1987; Hinting,1999).
Beberapa cara inseminasi buatan yang umum dilakukan ialah : paraservikal, intraservikal dan intrauteri. Ternyata cara pengobatan infertilitas konvensional yang telah disebutkan di atas tidak terlalu menggembirakan, karena keberhasilannya tidak memuaskan 100 persen dalam memperbaiki kesuburan. Perkembangan ilmu dan teknologi dalam bidang reproduksi telah memberikan harapan baru bagi pasangan infertil untuk mewujudkan keinginannya mempunyai anak. Tenologi kedokteran yang membantu pasangan infertil untuk berhasil hamil dan melahirkan anak, secara umum disebut Teknologi Reproduksi Dibantu (Assisted Reproductive Technology = ART). Pada dasarnya teknologi ini tidak memperbaiki kesuburan, teknologi ini langsung menerobos menuju pada masalah keinginan menjadi hamil dan mempunyai anak, tanpa mencoba memperbaiki kesuburan yang terganggu.
Beberapa cara ART telah dicoba dan diterapkan untuk menangani kasus infertilitas, yaitu In vitro fertilization – Embryo Transfer (IVF-ET), yang secara populer disebut bayi tabung. Ternyata keberhasilan cara-cara tersebut juga belum memuaskan, khususnya pada kasus-kasus OligoAsthenoTeratozoospermia berat (Hinting,1999).
Dalam perkembangannya kemudian, didapatkan cara yang lebih canggih yaitu cara fertilisasi dengan bantuan manipulasi secara mikro ialah cara Intracytoplasmic Sperm Injection (ICSI) yang baru pada tahun 1992 dipublikasikan kehamilan pertamanya. Teknik ICSI hanya menggunakan satu spermatozoa untuk membuahi satu oosit untuk menghasilkan fertilisasi dan kehamilan. Cara ICSI telah memungkinkan terjadinya kehamilan walaupun sperma dalam keadaan Oligoastenoteratozoospermia yang berat , bahkan dalam keadaan azoospermia obstruktif. Dalam keadaan azoospermia (obstruktif), maka sel spermatozoa diambil dari epididimis atau testis. Pengambilan sel spermatozoa dari epididimis atau testis dapat dilakukan dengan cara Percutaneus Epididymal Sperm Aspiration (PESA) atau Microsurgical Epididymal Sperm Aspiration (MESA), sedangkan spermatozoa dari testis diambil dengan cara Testicular Sperm Extraction (TESE) (Soebadi,1999).
Dengan cara ICSI nampaknya merupakan harapan terbaru bagi pasangan infertil, khususnya yang disebabkan karena gangguan reproduksi berat di pihak pria. Sayangnya biaya yang diperlukan cukup tinggi, sehingga tidak semua pasangan infertil yang gangguan reproduksinya berat bisa menjangkau cara penanganan ICSI ini.
faktor ketidaksuburan menjadi momok paling menakutkan bagi pria dan wanita dewasa. Meskipun ketidaksuburan bisa disebabkan oleh factor genetic, juga bisa karena hal di luar genetic.
Infertilitas atau ketidaksuburan yang disebabkan oleh faktor genetik tentu sulit dicegah. Namun, kemandulan yang disebabkan oleh hal-hal di luar genetik, seperti gaya hidup dan pola makan, sangat mungkin untuk dicegah.
"Makanan biasanya ada zat oksidannya dan itu mengganggu proses reproduksi. Karena itu sebaiknya mengonsumsi makanan tambahan atau suplemen yang mengandung antioksidan," kata dokter spesialis Andrologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Dr dr Wahyuning Ramelan, SpA & K di Jakarta, sebagaimana dikutip dari blog kesehatanalami.com.
Kondisi emosi yang stres dan kebiasaan merokok akan memengaruhi kesehatan dan jumlah produksi sperma pun akan berkurang atau menurun.
Bahkan pada perempuan yang merokok atau perpapar asap rokok akan membahayakan kesehatan janin. Begitu pun pola konsumsi makanan, dianjurkan agar mengonsumsi makanan sehat dan menghindari makanan berpengawet.
Prof Dr dr Ali Baziad, SpOG & K dari Brawijaya Women & Children's Hospital Jakarta mengatakan bahwa tidak hanya menghindari makanan yang mengandung oksidan dan berhenti merokok, yang harus dihindari juga adalah medan elektromagnetik. Seperti medan elektromagnetik yang dipacarkan handphone.
Wahyuning Ramelan, juga mengingatkan untuk menghindari penyakit menular seksual. Penyakit ini bisa mengakibatkan infertilitas pada laki-laki karena infeksi tersebut menyumbat saluran keluar sperma, bahkan sampai merusak spermatogenesis (proses pembentukan sperma).
Jadi jika ingin mendapat momongan, yang terpenting, jalani pola hidup sehat, makan makanan yang bergizi baik, hindari paparan medan elektrostatik, elektromagnetik, hindari rokok, dan silakan menambah antioksidan.















ROLE PLAY
            pada hari minggu pasangan suami istri melakukan konsultasi di BPS mengenai masalah yang sedang di alaminya
Pak hadi dan bu lina : “ assalamualaikum”
Bidan              : ­“ waalaikumsalam, apa kabar pak bu silahkan duduk ?”
Pak Hadi         : “ alhamdulillah baik bu, kita ada janji kan bu konsultasi hari ini?”
Bidan              :“ oh ya saya sudah menunggu kedatangan bapak dan ibu, memangnya ada                                                                                                                              permasalahan apa bu, pak ?”
Bu Lina           :“ maaf bu bidan sebelumnya ya, sebenarnya saya malu menceritakan ini pada ibu bidan “
Bidan                          :” kenapa malu bu, tenang saja saya disini memang bertugas untuk menangani masalah pasien-pasien saya dan insyaalloh jika saya mampu saya bantu ibu dan bapak, memang nya ada apa?”
Pak Hadi         :” saya dan istri saya sudah menikah selama 3 tahun tapi belum juga dapat momongan bu.”
Bidan                          :”sebelumnya saya mau tanya ,apakah ibu tiap bulannya mengalami menstruasi dengan teratur ?”
Ibu                   :” saya selalu teratur dalam menstruasi, tiap bulannya “.
Bidan              :” maaf kalau bapak kerja di mana ? ”
Pak Hadi         : “ Saya kerja sebagai guru di cianjur “
Bidan                          : “ tinggal bersama dengan ibu atau bapak jarang pulang karena tepat kerja     bapak jauh dari rumah sehingga bapak jarang bertemu dengan ibu ?”
Pak Hadi         : “ Saya dan ibu tinggal bersama tiap hari, bahkan kami kerja juga bersamaan di SD NUSA INDAH”

Bidan              : “ mohon maaf ya bu ”. ibu dengan bapak berhubungan seks berapa kali dalam seminggu ?”
Ibu Lina          :” ah malu bu “
Bidan                          : “ tidak apa-apa ,saya disini bertanya untuk tau apa permasalahan ibu sehingga saya bisa menentukan masalah ibu dan bapak ?”
Pak Hadi         :”saya berhubungan 3 kali seminggu bu  bidan”.
Bidan              :”hmmm (sambil mencatat ), bagaimana pola makan dan ibu setiap hari?”
Ibu Lina          :”pola makan saya dan suami baik, penuh dengan kandungan gizi kok bu.”
Bidan              : “ apakah bapak dan ibu merokok ?”
Bapak Hadi     :” alhamdulillah saya dan istri tidak merokok bu bidan.”
Bidan              :” Bagus kalau begitu, semua data yang saya tanyakan ibu sehat tetapi saya belum tau kondisi bapak ,seperti sperma bapak alat reproduksi bapak bagaimana ,normal atau tidak .”
Ibu Lina          :” O.. dari bapak juga bisa mempengaruhi ya ibu bidan?”
Ibu Bidan        :” Iya tentu saja yang membuahi ibu kan suami ibu sendiri”
Bapak Hadi     :”tetapi dalam pemeriksaan ibu bidan kami itu masih bisa punya anak atau tidak?”
Bidan                          :” baik bapak ibu begini saja ya, banyak sekali faktor yang menyebabkan ibu dan bapak tidak mempunyai keturunan, tetapi ibu dan bapak jangan dulu putus asa , disini berdasarkan data dari bapak dan ibu, semuanya baik mungkin saya sarankan bapak melakukan tes laboratorium untuk mengetahui  kualitas sperma bapak.”
Bapak Hadi     :” oh begitu ya bu,.ada lagi gak bu bidan solusi yang lainnya?”
Bu bidan           :” dalam hubungan seks juga pak , Pada hal yang benar adalah hubungan seks harus dilakukan secara teratur sesuai dengan periode pematangan spermatozoa (2-3 hari) dengan demikian akan diperoleh spermatozoa yang sehat dan berkualitas. Juga masalah posisi dan pascaejakulasi yang benar adalah pihak wanita tidur terlentang (bila perlu diberi bantal dibawah pantat) dan istirahat 1-2 jam, setelah itu baru bisa membersihkan diri. Hal ini untuk memberi kesempatan pada spermatozoa pada forniks posterior vagina untuk melakukan penetrasi ke dalam kanalis servikalis.
Ada tips buat bapak dan ibu Jadi jika ingin mendapat momongan, yang terpenting, jalani pola hidup sehat, makan makanan yang bergizi baik, hindari paparan medan elektrostatik, elektromagnetik, hindari rokok, dan silakan menambah antioksidan.”
Ibu Lina          :” O.. begitu ya bu, baik saya akan mencoba memeriksakan suami saya ke laboratorium untuk memastikan apakah sperma bapak baik atau tidak .”
Bidan              :” ya lebih bagus, jadi ibu dan bapak tau siapa yang menyebabakan bapak dan ibu tidak bisa mempunyai keturunan .”
Bapak Hadi     :” ya bu bidan mudah-mudahan kami berdua baik-baik saja ya !”
Bidan              :” ya tentu saja saya doakan mudah-mudahan bapak dan ibu sehat dan bisa mempunyai keturunan .”
Bapak dan Ibu            :” amin ibu bidan”.
Ibu Lina          :”Sebelummya terimakasih ya bu bidan atas informasinya sehingga saya dan suami bisa tau permasalahan yang kami alami “
Bidan              : “ya sama-sama, semoga bapak dan ibu cepat-cepat di beri keturunan.”
Bapak Hadi     :” ya saya pamit ibu bidan, sekali lagi terimakasih”
Bidan              :”ya sama-sama, sampai ketemu lagi dilain waktu”
Bapak  dan Ibu :”asalamualaikum”.






           


MAKALAH PENYAKIT JANTUNG KORONER



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan salah satu dari banyak penyakit yang mematikan dan sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Data statistik dunia melaporkan tentang insiden terbesar dan prevalensi PJK di dunia ternyata semakin meningkat. Menurut WHO diperkirakan pada tahun 2005 tardapat 17,5 juta orang meninggal karena penyakit kardiovaskuler, mewakili 30% dari seluruh kasus kematian di dunia. Dari kematian ini, 7,6 juta diantaranya terkena serangan jantung dan 5,7 juta diantaranya stroke (Cristoper. C ,2010).
Hal ini diperkirakan dua kali lipat dalam dua dekade mendatang, menjadikannya penyebab utama terbesar kematian pada tahun 2010 Sementara penyebab utama PJK, dari sudut pandang kesehatan masyarakat terlihat jelas bahwa peralihan pada pola makan (diet) dan gaya hidup dengan urbanisasi dapat menjadi potensi meningkatnya resiko terkena PJK (Shivaramakrishna. 2010).











BAB II
TEORI

2.1 Pengertian Biolistrik
Biolistrik adalah segala yang bersangkutan dengan kelistrikan yang dihasilkan oleh tubuh. Kelistrikan yang dimaksud adalah segala yang berkaitan dengan muatan-muatan, ion-ion yang terdapat di dalam tubuh dan medan listrik yang dihasilkan oleh ion-ion dan muatan-muatan tersebut, serta tegangan yang dibangkitkannya. Tegangan (voltage) listrik atau sering disebut potensial listrik dapat dihasilkan oleh sel-sel tubuh. Tegangan yang dihasilkan disebut sebagai tegangan-bio atau biopotensial. Tegangan yang paling besar dihasilkan oleh sel-sel saraf (nerve) dan sel-sel otot (muscle). Tegangan yang terjadi pada sel, (selanjutnya disebut tegangan sel (cell potentials)), terus menerus terjaga keberadaannya, dan untuk menjaganya, sejumlah besar energi dibutuhkan. Jadi, energi yang disuplai ke dalam tubuh, sebanyak paling tidak 25% digunakan untuk menjaga kehadiran tegangan pada sel. Tegangan sel dapat bertahan konstan dalam jangka waktu yang lama, namun dapat pula diubah melalui suatu perlakuan internal maupun eksternal dalam bentuk gangguan atau rangsangan (fires). Pengubahan nilai tegangan pada sel akan menghasilkan suatu pulsa tegangan (voltage pulses).  Efek yang ditimbulkan oleh pengubahan tegangan ini sangat bergantung pada jenis selnya. Sel-sel saraf, oleh karena pengubahan nilai tegangan selnya, dapat menghasilkan pulsa tegangan yang dapat dirambatkan ke berbagai sel lainnya untuk memberi informasi tentang hal-hal yang kita rasakan dari panca indra. Aktivitas sekumpulan sel-sel ditentukan oleh keadaan tegangan yang dihasilkannya dan dapat diukur melalui suatu alat pengukur pulsa-pulsa tegangan. Alat elektroencephalogram (EEG) digunakan untuk merekam pulsa-pulsa tegangan yang dihasilkan oleh aktivitas sel-sel saraf otak.
Alat elektrocardiogram (ECG) digunakan untuk merekam pulsa-pulsa tegangan yang
dihasilkan oleh aktivitas sel-sel otot, khususnya otot jantung.
2.2 Sel Otot Jantung Dan Pengukuran Biolistriknya 
Pengukuran bioleketrik (biopotensial) sel otot yang paling sering dilakukan adalah terhadap otot jantung. Aktivitas otot jantung dapat dipelajari dari hasil pengukuran biopotensialnya. Alat yang digunakan adalah electrocardiogram  (ECG). Potensial aksi yang dihasilkan oleh sel otot berdurasi lebih lama (~100 mdet) dibandingkan potensial aksi yang dihasilkan oleh sel saraf (~5 mdet).  
Permeabilitas membran sel otot terhadap ion-ion cairan tubuh berbeda dengan permeabilitas sel saraf. Itulah sebabnya pola potensial aksi yang dihasilkan menjadi berbeda. Namun secara prinsip pada membran sel otot juga terjadi proses depolarisasi dan repolarisasi. Potensial aksi yang terjadi pada sel otot menyebabkan terjadinya proses kontraksi. Kontraksi otot menghasilkan gaya yang dapat menggerakkan tubuh. Kontraksi sel-sel otot secara bersama (misalnya otot paha) terjadi karena ada kontak listrik yang baik antar sel pada otot tersebut. Oleh karena itu, potensial aksi dari sel otot yang satu dapat dirambatkan ke sel otot yang lain. Bagaimana sel otot jantung bekerja sehingga menghasilkan pola grafik pulsa potensial melalui pengukuran dengan menggunakan alat electroencephalogram (ECG).  Jantung terletak di dalam rongga mediastinum dari rongga dada (toraks). Lapisan yang mengitari jantung disebut perikardium, yang terdiri dari 2 lapisan : 
1.perikardium parietalis, yaitu lapisan luar yang melekat pada tulang dada dan lapisan paru, 
2.perikardium viseralis, yaitu lapisan permukaan jantung yang juga disebut epikardium. 
Di antara kedua lapisan ini terdapat sedikit cairan pelumas yang disebut cairan perikardium, yang berfungsi mengurangi gesekan yang disebabkan oleh gerakan jantung saat memompa darah. Jantung memiliki sebanyak 4 ruang. 2 ruang yang berdinding tipis yang disebut dengan atrium (bilik), yaitu atrium kiri (Left Atrium, LA) dan atrium kanan (Right Atrium, RA). 2 ruang berdinding tebal yang disebut dengan ventrikel (serambi), yaitu ventrikel kiri (Left Ventricle, LV) dan ventrikel kanan (Right Ventricle, RV). Keempat ruang pada jantung dan sistim sirkulasi darah di dalamnya secara skematik ditunjukkan pada gambar 1. 
Siklus peredaran darah pada jantung adalah : darah yang berasal dari seluruh organ tubuh ditarik masuk ke atrium kanan (RA) melalui vena (vein) kava superior dan vena kava inferior, kemudian dipompa ke ventrikel kanan (RV) melalui katub (valve) tricuspid, selanjutnya dipompakan ke paru-paru melalui arteri pulmonalis yang melewati katub pulmonary. Darah yang sampai di paru-paru akan mengikat oksigen yang berasal dari udara yang dihirup. Darah yang sudah mengikat oksigen di paru-paru ditarik ke atrium kiri (LA) melalui 4 saluran vena pulmonalis yang kemudian dipompa ke ventrikel kiri (LV). 

                     
Gambar 1. Skema sederhana pembagian ruang pada jantung dan sistim sirkulasi darah di dalamnya.Darah yang sudah tertampung di ventrikel kiri yang sudah kaya dengan oksigen kemudian dipompakan ke seluruh organ tubuh melalui aorta (artery). Seperti disebutkan di atas, ada 4 katub yang dimiliki oleh jantung, yaitu :  
1.katub tricuspid (tricuspid valve), yaitu: katub yang menghubungkan atrium kanan  (RA) dengan ventrikel kanan (RV), 
2.katub pulmonary (pulmonary valve), yaitu: katub yang menghubungkan ventrikel kanan (RV) dengan saluran pembuluh darah artery, 
3.katub mitral (mitral valve), yaitu: katub yang menghubungkan atrium kiri (LA) dengan ventrikel kiri (LV), dan 
4.katub aortic (aortic valve), yaitu: katub yang menghubungkan ventrikel kiri (LV) dengan pembuluh darah artery.   
Katub-katub di atas digunakan untuk mengendalikan arah aliran darah. Katub tricuspid hanya membolehkan darah mengalir dari atrium kanan ke ventrikel kanan, arah sebaliknya tidak diizinkan. Katub pulmonary hanya membolehkan darah mengalir dari ventrikel kanan ke pembuluh darah arteri menuju paru-paru, arah sebaliknya tidak diizinkan. Katub mitral hanya membolehkan darah mengalir dari atrium kiri ke ventrikel kiri, arah sebaliknya tidak diizinkan. Dan, katub aortic hanya membolehkan darah mengalir dari ventrikel kiri ke pembuluh darah arteri menuju ke seluruh tubuh, arah sebaliknya tidak diizinkan. Pada saat atrium berkontraksi, darah yang berada di atrium kanan akan didorong masuk ke ventricle kanan melalui katub tricuspid (gambar 4.8-1) dan darah yang berada di atrium kiri akan didorong masuk ke ventricle kiri melalui katub mitral. Selama proses ini katub pulmonary dan katub aortic berada dalam keadaan tertutup karena tekanan yang sangat tinggi pada pembuluh arteries yang menghubungkan RV dengan paru-paru dan yang menghubungkan LV dengan tubuh. Setelah atrium kiri dan kanan berkontraksi, selanjutnya giliran ventricle kiri dan kanan berkontraksi. Kontraksi ventricle kanan akan mendorong darah ke paru-paru melalui katub pulmonary, dan kontraksi ventricle kiri (LV) akan mendorong darah ke seluruh bagian tubuh melalui katub aortic.  
2.3 Elektrokardiogram (EKG)
Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu sinyal yang dihasilkan oleh aktifitas listrik otot jantung. EKG ini merupakan rekaman informasi kondisi jantung yang diambil dengan memasang electroda pada badan. Rekaman EKG ini digunakan oleh dokter ahli untuk menentukan kondisi jantung dari pasien. Sinyal EKG direkam menggunakan perangkat elektrokardiograf. Elektrokardiogram tidak menilai kontraktilitas jantung secara langsung. Namun, EKG dapat memberikan indikasi menyeluruh atas naik-turunnya suatu kontraktilitas
a.       Fungsi Elektrokardiogram (EKG)
1.      Merupakan standar terbaik untuk mendiagnosis aritmia jantung
2.      Memandu tingkatan terapi dan resiko untuk pasien yang dicurigai ada infark otot jantung
3.      Membantu menemukan gangguan elektrolit seperti hiperkalemia dan hipokalemia
4.      Memungkinkan penemuan abnormalitas konduksi seperti blok cabang berkas kanan dan kiri
5.      Sebagai alat untuk mencegah penyakit jantung sistemik selama uji stres jantung
6.      Mendeteksi penyakit bukan jantung seperti emboli paru dan hipotermia
b.      Elektroda EKG                         
Fungsi dasar dari elektroda adalah mendeteksi sinyal kelistrikan jantung. Fungsi dari transducer adalah untuk mengkonversi informasi biologis menjadi sinyal elektrik yang dapat diukur. Transducer ini dipakai dengan menggunakan interface jelly electrode-electrolyte. Dengan menggunakan elektroda Ag/AgCl mengurangi noise dengan frekuensi rendah pada sinyal EKG yang terjadi karena pergerakan.
Signal EKG yang berasal dari jantung merambat keseluruh tubuh dan mempunyai magnitude dengan arah tertentu (cardiac vector). Untuk mendeteksi signal EKG, ditentukan tittik-titik referensi pengukuran untuk menempatkan elektroda. Pengukuran signal EKG dilakukan dengan pemilihan tiga titik bipolar (diperkenalkan pertama kali oleh Einthoven) sehingga disebut dengan istilah segitiga Einthoven.
1.      Lead I : potensial antara Right Arm (RA) terhadap Left Arm (LA)
2.      Lead II : potensial antara Right Arm (RA) terhadap Left Leg (LL)
3.      Lead III : potensial antara Left Arm (LA) terhadap Left Leg (LL)
.
c.       Prinsip Kerja EKG
 EKG mencatat perubahan impuls yang diakibatkan penjalaran potensial membran jantung. Penjalaran potensial membran ini dapat dicatat karena tubuh mampu untuk menjalarkan impuls ini. Sehingga elektroda yang ditempelkan pada ujung-ujung ekstremitas merupakan interpretasi dari perubahan impuls yang terjadi di jantung (Guyton, 1997).
            Rangsangan listrik jantung yang berasal dari nodus SA dan menyebar ke atrium, nodus AV dan akhirnya ke ventrikel dapat direkam dalam bentuk EKG. Gelombang yang terekam secara alfabetis diberi nama P, Q, R, S, T dan U.
 Gelombang P, QRS, T dan U direkam pada kertas khusus. Ada dua macam sistem yang biasa digunakan untuk mecatat gelombang EKG yaitu dengan menggunakan pemanas atau menggunakan semprotan tinta. Pada sistem dengan pemanas, jarum (stylus) yang dipanasi menempel pada kertas EKG sehingga menyebabkan bekas hitam atau biru membentuk gambaran EKG. Makin panas maka makin tebal gambaran garis pada kertas EKG, sistem inilah yang paling banyak dipakai. Sistem kedua adalah dengan menggunakan injektor tinta, dimana rekaman EKG dibuat dari semprotan tinta (Munawar, 2003).
 Kertas EKG sudah siap dengan garis-garis halus vertikal dan horizontal. Garis-garis ini membentuk bujur sangkar kecil dengan sisi 1mm. Setiap 5mm garis vertikal maupun horizontal terdapat garis yang lebih tebal membentuk bujur sangkar yang memiliki sisi 5mm. Yang harus diperhatikan dalam membuat EKG adalah kecepatan kertas dan amplitudo (Munawar, 2003).
Aliran listrik pada jantung memiliki besar dan arah (vektor). Karena aliran listrik jantung merupakan vektor maka pencatatan dilakukan dari berbagai tempat. Ada 12 tempat sadapan EKG. Enam sandapan yaitu sandapat ekstremitas terdiri dari I, II, III, aVR, aVL, aVF (Munawar, 2003). Sandapan I,II,III merupakan sandapan bipolar yang ditujukan untuk menilai perbedaan potensial pada dua titik. Sandapan aVR, aVL, aVF merupakan sandapan unipolar yang ditujukan untuk menilai perbedaan potensial dengan potensial nol (Price, 2005). Enam sandapan lainnya merupakan sandapan prekordial. Sandapan V1 terletak pada SIC IV linea sternalis dextra, V2 pada SIC IV lenia sternalis sinistra, V4 terletak pada SIC 5 linea midsternalis, V3 terletak antara V2 dan V4, V5 dan V6 terletak setinggi V4 di sebelah lateral V4 (Guyton, 1997). 
Sandapan I merekam perbedaan tegangan antara lengan kiri dan lengan kanan. Sandapan II merekam perbedaan tegangan antara lengan kanan dengan kaki kiri. Sandapan III merekam perbedaan tegangan antara tangan kiri dengan kaki kiri (Munawar, 2003).
d.      Cara menginterpretasikan pola tegangan hasil pengukuran EKG.
1. Tentukan iramanya, teratur atau tidak, dengan cara melihat jarak antara QRS satu dengan QRS berikutnya, jaraknya sama atau tidak.
2. Tentukan frekuensi denyut jantung dari gelombang yang diperoleh.
3. Tentukan gelombang P, normal atau tidak, juga lihat apakah setiap gelombang P selalu diikuti oleh gelombang QRS.
4. Tentukan interval PR, normal atau tidak.
5. Tentukan gelombang QRS, normal atau tidak.

Irama gelombang EKG yang normal (bila pulsa tegangan berawal dari SA node) adalah berirama sinus (Sinus Rhythm), yaitu :
- Irama : teratur
- Frekuensi denyut : 60 – 100 kali/menit
- Gelombang P : normal, setiap gelombang P diikuti gelombang QRS dan gelombang T
- Interval PR : Normal (0,12 – 0,20 detik)
- Gelombang QRS : Normal (0,06 – 0,12 detik)


BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Penyakit Jantung Koroner
Penyakit Jantung Koroner (PJK) disebut juga Arteri Koroner. Arteri koroner adalah pembuluh darah di jantung yang berfungsi menyuplai makanan bagi sel-sel jantung. Penyakit jantung koroner terjadi bila pembuluh arteri koroner tersebut tersumbat atau menyempit karena endapan lemak, yang secara bertahap menumpuk di dinding arteri. Proses penumpukan itu disebut aterosklerosis, dan bisa terjadi di pembuluh arteri lainnya, tidak hanya pada arteri koroner.
Kurangnya pasokan darah karena penyempitan arteri koroner mengakibatkan nyeri dada yang disebut angina, yang biasanya terjadi saat beraktivitas fisik atau mengalami stress. Bila darah tidak mengalir sama sekali karena arteri koroner tersumbat, penderita dapat mengalami serangan jantung yang mematikan. Serangan jantung tersebut dapat terjadi kapan saja, bahkan ketika sedang beristirahat.
Penyakit jantung koroner juga dapat menyebabkan daya pompa jantung melemah sehingga darah tidak beredar sempurna ke seluruh tubuh (gagal jantung). Penderita gagal jantung akan sulit bernafas karena paru-parunya dipenuhi cairan, merasa sangat lelah, dan bengkak-bengkak di kaki dan persendian.

3.2 Penyebab
Penyebab jantung koroner adalah karena penumpukan zat lemak secara berlebihan di lapisan dinding nadi pembuluh koroner, yang dipengaruhi oleh pola makan yang kurang sehat. Kecanduan rokok, hipertensi, kolesterol tinggi juga dapat menjadi penyebab penyakit jantung koroner.
3.3 Gejala
Gejala jantung koroner diantaranya seperti:
  1. Nyeri di dada, lebih spesifiknya nyeri di dada bagian tengah yang menjalar sampai ke lengan kiri atau leher, bahkan sampai ke punggung. Nyeri dada seperti ini adalah nyeri khas dari penyakit jantung koroner. Nyeri ini timbul hanya ketika melakukan aktifitas fisik dan akan berkurang saat beristirahat.
  2. Gejala penyerta seperti keringat dingin dan timbulnya rasa mual.
3.4 Pengobatan
a. Pengobatan Tradisional
Berikut resep tradisional racikan dari Prof. H.M. Hembing Wijayakusuma:
  1. 1-3 buah mengkudu/pace/noni yang matang di cuci dan dipotong-potong, kemudian diblender dengan air secukupnya dan direbus hingga mendidih. Tambahkan madu secukupnya, lalu diminum.
  2. 2-3 buah mengkudu/pace/noni yang matang dicuci bersih dan dipotong-potong + 10 butir angco, dibuang bijinya. Semua bahan diblender dengan air secukupnya, tambahkan 10 gram bubuk umbi daun dewa (thien chi). Aduk rata, lalu diminum.
  3. 2 buah mengkudu/pace/noni yang matang, dicuci dan dipotong-potong + 30 gram daun dewa direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc. Saring, tambahkan madu secukupnya. Aduk rata lalu diminum.
Pilih salah satu resep dan lakukan secara teratur. Resep tersebut untuk membantu proses penyembuhan. Tetaplah konsultasi ke dokter.

b. Pengobatan Medis
Pada prinsipnya pengobatan (PJK) ditujukan untuk agar terjadi keseimbangan lagi antara kebutuhan oksigen jantung dan penyediaannya. Aliran darah melalui arteri koronaria harus kembali ada dan lancar untuk jantung. Pengobatan awal biasanya segera diberikan tablet Aspirin yang harus dikunyah. Pemberian obat ini akan mengurangi pembentukan bekuan darah di dalam arteri koroner. Pengobatan penyakit jantung koroner adalah meningkatkan suplai (pemberian obat-obatan nitrat, antagonis kalsium) dan mengurangi demand (pemberian beta bloker), dan yang penting mengendalikan risiko utama seperti kadar gula darah bagi penderita kencing manis, optimalisasi tekanan darah, kontrol kolesterol dan berhenti merokok.
Jika dengan pengobatan tidak dapat mengurangi keluhan sakit dada, maka harus dilakukan tindakan untuk membuka pembuluh koroner yang menyempit secara intervensi perkutan atau tindakan bedah pintas koroner (CABG). Intervensi perkutan yaitu tindakan intervensi penggunaan kateter halus yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah untuk dilakukan balonisasi yang dilanjutkan pemasangan ring (stent) intrakoroner.

Gambar. Bedah pintas koroner

3.5 Faktor Risiko
1. Kadar Kolesterol Tinggi.
Penyebab penyakit jantung koroner adalah endapan lemak pada dinding arteri koroner, yang terdiri dari kolesterol dan zat buangan lainnya. Untuk mengurangi risiko penyakit jantung koroner, Anda harus menjaga kadar kolesterol dalam darah. Kolesterol adalah senyawa lemak kompleks yang secara alamiah dihasilkan tubuh dan bermanfaat bagi pembentukan dinding sel dan hormon. Dua pertiga kolesterol diproduksi oleh hati (liver), sepertiga lainnya diperoleh langsung dari makanan. Kolesterol diedarkan dalam darah melalui molekul yang disebut lipoprotein. Ada dua jenis lipoprotein, yaitu low-density lipoprotein (LDL), and high-density lipoprotein (HDL).
LDL mengangkut kolesterol dari hati ke sel-sel tubuh. HDL berfungsi sebaliknya, mengangkut kelebihan kolesterol ke hati untuk diolah dan dibuang keluar. LDL yang berlebihan dapat menyebabkan penumpukan kolesterol pada dinding arteri sehingga disebut “kolesterol jahat”. Kadar LDL yang optimal adalah 100- 129 mg/dL. Kelebihan LDL menyebabkan HDL “kewalahan” membuang kolesterol yang berlebih. Total kolesterol yang dianjurkan (HDL + LDL) adalah di bawah 200 mg/dL (border line = 240).
Tekanan darah tinggi menambah kerja jantung sehingga dinding jantung menebal/kaku dan meningkatkan risiko penyakit jantung koroner.
Ada dua pengukuran tekanan darah. Tekanan sistolik adalah tekanan darah yang memancar dari jantung ke seluruh tubuh. Tekanan diastolik adalah tekanan darah yang kembali mengisi jantung. Secara umum orang dikatakan menderita hipertensi bila tekanan darah sistolik/diastoliknya di atas 140/90 mmHg.
3. Trombosis
Trombosis adalah gumpalan darah pada arteri atau vena. Bila trombosis terjadi pada pembuluh arteri koroner, maka Anda berisiko terkena penyakit jantung koroner. Trombosis biasanya berada pada dinding pembuluh yang menebal karena aterosklerosis. Merokok meningkatkan risiko trombosis hingga beberapa kali lipat.
4. Kegemukan.
Kegemukan (obesitas) meningkatkan risiko tekanan darah tinggi dan diabetes. Orang yang kegemukan juga cenderung memiliki kadar HDL rendah/LDL tinggi.


Diabetes meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, terlebih bila kadar gula darah tidak dikontrol dengan baik. Dua pertiga penderita diabetes meninggal karena penyakit jantung dan gangguan kardiovaskuler lainnya.
6. Penuaan.
Risiko penyakit jantung koroner meningkat seiring usia. Semakin tua, semakin menurun efektivitas organ-organ tubuh, termasuk sistem kardiovaskulernya. Lebih dari 80 persen penderita jantung koroner berusia di atas 60 tahun. Laki-laki cenderung lebih cepat terkena dibandingkan perempuan, yang risikonya baru meningkat drastis setelah menopause.
7. Keturunan.
Risiko Anda lebih tinggi bila orang tua Anda juga terkena penyakit jantung koroner, terlebih bila mulai mengidap di usia kurang dari 60 tahun.
3.6 Cara Mengurangi Risiko
Meskipun tidak dapat melawan penuaan dan mempengaruhi garis keturunan, Anda dapat melakukan hal berikut untuk mengurangi risiko penyakit jantung koroner:
  • Mengurangi konsumsi daging berlemak jenuh tinggi.
  • Memperbanyak makan buah, sayuran dan biji-bijian yang mengandung antioksidan tinggi (Vitamin A, C dan E). Antioksidan mencegah lemak jenuh berubah menjadi kolesterol.
  • Menghindari stress. Stress dapat menimbulkan ketidakseimbangan fungsi tubuh, meningkatkan tekanan darah serta membuat Anda merokok dan makan berlebihan.
  • Tidak merokok dan minum kopi berlebihan.
  • Rajin berolah raga. Olah raga aerobik selama 30 menit setiap hari, 3-4 kali seminggu dapat memperkuat jantung, membakar lemak dan menjaga kesimbangan HDL dan LDL.
3.7  Tips Pencegahan Penyakit Jantung Koroner Sejak Dini
  • Pola makan sehat
Hindari makanan yang banyak mengandung lemak atau yang mengandung kolesterol tinggi. Seafood memiliki kandungan kolesterol tinggi yang dapat membahayakan jantung. Kurangi menyantap makanan yang digoreng yang banyak mengandung lemak, sebaliknya makanan dapat diolah dengan cara direbus, dikukus atau dipanggang. Menggoreng dengan menggunakan minyak zaitun memiliki kandungan lemak yang sedikit sehingga bisa menjadi pilihan bila harus mengolah makanan dengan cara digoreng.
  • Hindari juga makanan dengan kandungan gula tinggi
seperti soft drink, usahakan menggunakan gula jagung. Jangan pula tertalu banyak mengkonsumsi karbohirat, karena dalam tubuh, karbohidrat akan dipecah menjadi lemak. Sebaliknya, konsumsi oat atau gandum yang dapat membantu menjaga jantung tetap sehat.
  • Menjaga Tubuh ideal dari  kegemukan
karena seseorang yang memiliki lingkar pinggang lebih dari 80 cm, berisiko lebih besar terkena penyakit ini.
  • Berhenti merokok
Mengisap rokok sangat tidak baik untuk kesehatan jantung, maka segera hentikan kebiasaan ini agar jantung tetap sehat.
  • Hindari Stres
Stres memang sangat sulit dihindari jika hidup di kota besar seperti Jakarta yang dikenal karena kemacetan dan kesibukannya. Saat seseorang mengalami stres, tubuhnya akan mengeluarkan hormon cortisol yang menyebabkan pembuluh darah menjadi kaku. Hormon norepinephrine akan diproduksi tubuh saat menderita stres, yang akan mengakibatkan naiknya tekanan darah. Maka, sangat baik bila Anda menghindari stres baik di kantor atau di rumah.
  • Hipertensi
    Problem hipertensi atau tekanan darah tinggi juga bisa menyebabkan penyakit jantung. Hipertensi dapat melukai dinding arteri dan memungkinkan kolesterol LDL memasuki saluran arteri dan meningkatkan penimbunan plak.
  • Obesitas
    Kelebihan berat atau obesitas meningkatkan tekanan darah tinggi dan ketidaknormalan lemak. Menghindari atau mengobati obesitas atau kegemukan adalah cara utama untuk menghindari diabetes. Diabetes mempercepat penyakit jantung koroner dan meningkatkan risiko serangan jantung.
  • Olahraga secara teratur
Anda dapat melakukan kegiatan olahraga seperti berjalan kaki, jalan cepat, atau jogging. Kegiatan olahraga yang bukan bersifat kompetisi dan tidak terlalu berlebihan dapat menguatkan kerja jantung dan melancarkan peredaran darah ke seluruh tubuh.
  • Konsumsi antioksidan
Polusi udara, asap kendaraan bermotor atau asap rokok menciptakan timbulnya radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas dapat menyebabkan bisul atau endapan pada pembuluh darah yang dapat menyebabkan penyumbatan. Untuk mengeluarkan kandungan radikal bebas dalam tubuh, perlu adanya antioksidan yang akan menangkap dan membuangnya. Antioksidan dapat diperoleh dari berbagai macam buah-buahan dan sayuran.          
3.8  Gambaran EKG pada Penyakit Jantung Koroner
Satu dari tiga komponen penting dalam diagnosis penyakit jantungkoroner utamanya sindrom koroner akut adalah EKG. Kombinasi riwayat penyakit yang khas dan peningkatan kadar enzim jantung lebih dapat diandalkan dari pada EKG dalam diagnosis infark miokard. EKG memiliki tingkat akurasi prediktif positif sekitar 80%.
1. Segmen ST dan Gelombang T pada Iskemia Miokard akan memperlambat proses repolarisasi, sehingga pada EKG dijumpai perubahan segmen ST (depresi) dan gelombang T (inversi) tergantung beratnya iskemia serta waktu pengambilan EKG. Spesifitas perubahan segmen ST pada iskemia tergantung morfologinya. Diduga iskemia jika depresi segmen ST lebih dari 0,5mm (setengah kotak kecil) dibawah garis besline (garis isoelektris) dan 0,04 detik dari j point Pada treadmill test, positif iskemia jika terdapat depresi segmen ST sebesar 1mm. Gambar 9. Variasi segmen ST (depresi) pada iskemia
2. Perubahan/Evolusi EKG pada Injure MiokardSel miokard yang mengalami injuri tidak akan berdepolarisasi sempurna,secara elektrik lebih bermuatan positif dibanding daerah yang tidakmengalami injuri dan pada EKG terdapat gambaran elevasi segmen ST pada sandapan yang berhadapan dengan lokasi injuri. Elevasi segmen STbermakna jika elevasi > 1mm pada sandapan ekstremitas dan > 2mm padasandapan prekordial di dua atau lebih sandapan yang menghadap daerahanatomi jantung yang sama. Perubahan segmen ST, gelombang T dankompleks QRS pada injuri dan infark mempunyai karakteristik tertentu sesuaiwaktu dan kejadian selama infark. Aneurisma ventrikel harus dipikirkan jikaelevasi segmen ST menetap beberapa bulan setelah infark miokard.








BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Biolistrik adalah segala yang bersangkutan dengan kelistrikan yang dihasilkan oleh tubuh. Kelistrikan yang dimaksud adalah segala yang berkaitan dengan muatan-muatan, ion-ion yang terdapat di dalam tubuh dan medan listrik yang dihasilkan oleh ion-ion dan muatan-muatan tersebut, serta tegangan yang dibangkitkannya.
Tegangan yang paling besar dihasilkan oleh sel-sel saraf (nerve) dan sel-sel otot (muscle).
Alat elektroencephalogram (EEG) digunakan untuk merekam pulsa-pulsa tegangan yang dihasilkan oleh aktivitas sel-sel saraf otak.
Alat elektrocardiogram (ECG) digunakan untuk merekam pulsa-pulsa tegangan yang
dihasilkan oleh aktivitas sel-sel otot, khususnya otot jantung
Permeabilitas membran sel otot terhadap ion-ion cairan tubuh berbeda dengan permeabilitas sel saraf. Itulah sebabnya pola potensial aksi yang dihasilkan menjadi berbeda. Namun secara prinsip pada membran sel otot juga terjadi proses depolarisasi dan repolarisasi. Potensial aksi yang terjadi pada sel otot menyebabkan terjadinya proses kontraksi. Kontraksi otot menghasilkan gaya yang dapat menggerakkan tubuh
EKG ini merupakan rekaman informasi kondisi jantung yang diambil dengan memasang electroda pada badan. Rekaman EKG ini digunakan oleh dokter ahli untuk menentukan kondisi jantung dari pasien.
Fungsi dasar dari elektroda adalah mendeteksi sinyal kelistrikan jantung. Fungsi dari transducer adalah untuk mengkonversi informasi biologis menjadi sinyal elektrik yang dapat diukur. Transducer ini dipakai dengan menggunakan interface jelly electrode-electrolyte. Dengan menggunakan elektroda Ag/AgCl mengurangi noise dengan frekuensi rendah pada sinyal EKG yang terjadi karena pergerakan.
Penyakit Jantung Koroner (PJK) disebut juga Arteri Koroner. Arteri koroner adalah pembuluh darah di jantung yang berfungsi menyuplai makanan bagi sel-sel jantung. Penyakit jantung koroner terjadi bila pembuluh arteri koroner tersebut tersumbat atau menyempit karena endapan lemak, yang secara bertahap menumpuk di dinding arteri. Proses penumpukan itu disebut aterosklerosis, dan bisa terjadi di pembuluh arteri lainnya, tidak hanya pada arteri koroner
Kecanduan rokok, hipertensi, kolesterol tinggi juga dapat menjadi penyebab penyakit jantung koroner
Gejalanya Nyeri di dada, Gejala penyerta seperti keringat dingin dan timbulnya rasa mual
Pengobatan bisa di lakukan dengan pengobatan tradisional dengan memanfaatkan mengkudu dan pengobatan medis Intervensi perkutan yaitu tindakan intervensi penggunaan kateter halus yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah untuk dilakukan balonisasi yang dilanjutkan pemasangan ring (stent) intrakoroner.
Faktor Risikonya adalah Kadar kolesterol tinggi, Tekanan darah tinggi atau hipertensi,.Trombosis, kegemukan, diabetes melitus, penuaan, keturunan.

Cara mengurangi resiko
  • Mengurangi konsumsi daging berlemak jenuh tinggi.
  • Memperbanyak makan buah, sayuran dan biji-bijian yang mengandung antioksidan tinggi (Vitamin A, C dan E). Antioksidan mencegah lemak jenuh berubah menjadi kolesterol.
  • Menghindari stress. Stress dapat menimbulkan ketidakseimbangan fungsi tubuh, meningkatkan tekanan darah serta membuat Anda merokok dan makan berlebihan.
  • Tidak merokok dan minum kopi berlebihan.
  • Rajin berolah raga. Olah raga aerobik selama 30 menit setiap hari, 3-4 kali seminggu dapat memperkuat jantung, membakar lemak dan menjaga kesimbangan HDL dan LDL.
Tips Pencegahan Penyakit Jantung Koroner Sejak Dini
  • Pola makan sehat
  • Hindari juga makanan dengan kandungan gula tinggi
  • Menjaga Tubuh ideal dari  kegemukan
  • Berhenti merokok
  • Hindari Stres
  • Hipertensi
  • Obesitas
  • Olahraga secara teratur
  • Konsumsi antioksidan
Segmen ST dan Gelombang T pada Iskemia Miokard akan memperlambat proses repolarisasi, sehingga pada EKG dijumpai perubahan segmen ST (depresi) dan gelombang T (inversi) tergantung beratnya iskemia serta waktu pengambilan EKG. Spesifitas perubahan segmen ST pada iskemia tergantung morfologinya
Perubahan/Evolusi EKG pada Injure MiokardSel miokard yang mengalami injuri tidak akan berdepolarisasi sempurna,secara elektrik lebih bermuatan positif dibanding daerah yang tidakmengalami injuri dan pada EKG terdapat gambaran elevasi segmen ST pada sandapan yang berhadapan dengan lokasi injuri.
4.2 SARAN
Penyusun berharap seluruh pembaca makalah tentang PJK atau Penyakit jantung Koroner khususnya untuk mahasiswa kebidanan dapat menjadikan sumber ilmu dan inspirasi untuk menambah pengetahuan dan wawasan. Serta dapat mencegah  terjadinya penyakit tersebut dan dapat mengaplikasikan preventifnya dalam kehidupan diri kita dan masyarakat luas.