PERMASALAHAN
Kesehatan
reproduksi
adalah kesejahtraan fisik, mental dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak
adanya penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan
sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.
Agar dapat melaksanakan fungsi
reproduksi secara sehat, tidak ada kelainan anatomis dan fisiologis traktus
reproduksi baik pada pria maupun wanita, landasan psikis yang memadai, terbebas
dari kelainan/penyakit baik langsung maupun tidak langsung mengenai organ
reproduksinya, dan wanita yang hamil memerlukan jaminan bahwa ia dapat melewati
masa tersebut dengan aman. Gangguan fungsi reproduksi khususnya infertilitas
(ketidak suburan) cukup banyak frekuensinya. Dilaporkan bahwa 10 – 15 %
pasangan usia subur mengalami gangguan ini (Dubin & Amelar,1971;
Glass,1986).
Infertilitas adalah kegagalan menjadi hamil dan
melahirkan anak hidup pasangan suami istri setelah melakukan hubungan seksual
secara teratur selama 12 bulan tanpa menggunakan alat kontrasepsi.
Untuk terjadinya kehamilan diperlukan
sel spermatozoa milik pria yang berkualitas baik serta jumlahnya cukup dan sel
telur milik wanita yang berkualitas baik melalui sistem seksual dan reproduksi
yang normal (Glass,1986). Sperma disebut normal (Normozoospermia) bila hasil
pemeriksaan variabel sperma memenuhi batasan-batasan yang telah
ditentukan yakni : volume sperma 2 ml atau lebih; pH 7,2- 8,00; konsentrasi
spermatozoa 20 juta/ml atau lebih; motilitas 50% atau lebih bergerak cepat
lurus kedepan atau lebih; morfologi normal spermatozoa 30 % atau lebih
(Subratha,1999; WHO,1999). Sperma dengan kualitas dan kuantitas dibawah normal
mempunyai kemampuan membuahi sel telur lebih kecil dibandingkan dengan yang
normal, sehingga kemungkinan terjadinya kehamilan juga lebih kecil.
ETIMOLOGI
Infertilitas dapat disebabkan oleh gangguan pada pihak suami (40 %), gangguan pada pihak istri (40%), gangguan pada kedua pihak (10%) dan tidak diketahui (10%) (Glass,1986).
Infertilitas dapat disebabkan oleh gangguan pada pihak suami (40 %), gangguan pada pihak istri (40%), gangguan pada kedua pihak (10%) dan tidak diketahui (10%) (Glass,1986).
Beberapa
penyebab infertilitas pada pihak pria antara lain : anomali kongenital saluran reproduksi, kegagalan
testis primer & sekunder, varikokel, infeksi antara lain penyakit menular
seksual (PMS), keracunan bahan kimia, bahan fisik, obat-obatan, gangguan
kromosom, beberapa penyakit kronis (hati, ginjal), gangguan imunologis. Adanya
penurunan fungsi spermatozoa antara lain jumlah spermatozoa per ejakulat yang
berkurang, penurunan motilitas progresif spermatozoa, berkurangnya persentase
bentuk normal spermatozoa, berkurangnya waktu hidup spermatozoa, dan adanya
kelainan integritas membran spermatozoa akan mengakibatkan terjadinya kegagalan
spermatozoa membuahi sel telur (Hafez,1980; Pangkahila,1985; Overstreet &
Davis,1995; Ohl & Menge,1996; Speroff et al,1999).
Pada wanita
penyebab infertilitas antara lain kegagalan ovulasi (40%),
adanya gangguan pada tuba & panggul (40%) , kelainan anatomi traktus
reproduksi dan kelainan thyroid (10%) (Samsulhadi,1997).
PENANGANAN
Penanganan infertilitas harus ditujukan pada pihak pria (suami) dan wanita (istri) sebagai suatu pasangan. Melalui pemeriksaan yang benar dan lengkap diharapkan dapat diketahui penyebab infertilitas pasangan tersebut. Dengan demikian dapat ditentukan pengobatan atau tindakan yang tepat untuk memperbaiki keadaan kesuburan baik pada suami ataupun istri sehingga diharapkan terjadinya kehamilan yang diharapkan. Dalam tatalaksana penanganan infertilitas pria pemeriksaan analisis sperma mutlak harus dilakukan, karena hasil analisis sperma merupakan titik tolak pemeriksaan dan tindakan andrologis berikutnya dalam penanganan infertilitas pria.
Penanganan infertilitas harus ditujukan pada pihak pria (suami) dan wanita (istri) sebagai suatu pasangan. Melalui pemeriksaan yang benar dan lengkap diharapkan dapat diketahui penyebab infertilitas pasangan tersebut. Dengan demikian dapat ditentukan pengobatan atau tindakan yang tepat untuk memperbaiki keadaan kesuburan baik pada suami ataupun istri sehingga diharapkan terjadinya kehamilan yang diharapkan. Dalam tatalaksana penanganan infertilitas pria pemeriksaan analisis sperma mutlak harus dilakukan, karena hasil analisis sperma merupakan titik tolak pemeriksaan dan tindakan andrologis berikutnya dalam penanganan infertilitas pria.
Tahapan pemeriksaan laboratorium adalah
sebagai berikut : pemeriksaan
analisis sperma rutin, pemeriksaan analisis sperma lanjutan, pemeriksaan
hormonal, pemeriksaan genetika medis, pemeriksaan radiologi, biopsi testis ,
pemeriksaan darah lengkap, urine lengkap dan pemeriksaan mikrobiologis (kultur
sperma & tes sensitivitas) (Dalton,1985; Bernstein,1994).
Pada pemeriksaan analisis sperma
diperlukan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi agar hasil pemeriksaan
dapat dipertanggungjawabkan serta memenuhi kaidah-kaidah yang sudah dibakukan.
Penanganan dan terapi masalah
infertilitas ditujukan kepada faktor penyebabnya baik pada pihak pria maupun
pada pihak wanitanya. Konseling memegang peranan
penting dalam menangani masalah infertilitas. Penderita harus benar-benar
siap mengetahui kenyataan bila salah satu pihak atau kedua belah pihak yang
menjadi penyebab masalah itu. Tidak sedikit laki-laki yang menjadi cemas dan
merasa kehilangan kejantanannya karena tidak dapat menghamili istrinya. Hal ini
dapat dihindarkan dengan penjelasan yang benar. Penjelasan yang benar
seringkali telah dapat mengatasi masalah infertilitas yakni penjelasan tentang
kehidupan seksual pasangan tersebut yang meliputi frekuensi dan posisi hubungan
seks, ejakulasi dan pascaejakulasi. Frekuensi hubungan seks sering kali
dilakukan berkali-kali pada masa subur dan bila tidak masa subur pasangan
tersebut melakukan pantang seksual. Pada hal yang benar adalah hubungan seks harus
dilakukan secara teratur sesuai dengan periode pematangan spermatozoa (2-3
hari) dengan demikian akan diperoleh spermatozoa yang sehat dan berkualitas. Juga masalah
posisi dan pascaejakulasi yang benar adalah pihak wanita tidur
terlentang (bila perlu diberi bantal dibawah pantat) dan istirahat 1-2 jam,
setelah itu baru bisa membersihkan diri. Hal ini untuk memberi kesempatan pada
spermatozoa pada forniks posterior vagina untuk melakukan penetrasi ke dalam
kanalis servikalis.
Tujuan pengobatan pada pihak pria ialah untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas spermatozoa dan pengobatan seyogyanya ditujukan pada
penyebab infertilitas, seperti berikut :
Bahan-bahan toksik harus dihindari, bila ada infeksi diberikan obat antiinfeksi
dan dipilih obat-obat yang dapat terkonsentrasi di dalam sistem reproduksi pria
misalnya trimetoprim sulfametoksasol, doksisiklin, ampisilin dan eritromisin.
Bila terjadi defisiensi hormon
gonadotropin, misalnya pada hipogonadotropik hipogonadisme diberikan hormon
gonadotropin misalnya human chorion gonadotropin (HCG) dan human menopausal
gonadotropin (HMG) memberikan hasil yang cukup memuaskan (Rosenberg,1976).
Bila didapatkan adanya varikokel
harus dilakukan vasoligasi. Pada penderita varikokel mula-mula yang terganggu
adalah motilitas spermatozoa , menurut Mc Leod motilitas spermatozoa yang
menurun ini ditemukan pada 90 % pria dengan varikokel, sekalipun hormon
testosteron dan gonadotropinnya normal. Dubin & Amelar mendapatkan bahwa
kira-kira dua per tiga pria dengan varikokel yang dilakukan tindakan pembedahan
akan mengalami perbaikan motilitas spermatozoanya.
Adanya sumbatan saluran sperma
(vas) pada pria akan menunjukkan azoospermia, kadar hormonal dalam batas-batas
normal (FSH, LH, Testosteron) dan volume testis normal (16-30 ml), dapat
dilakukan tindakan pembedahan mikro (vasoepididimostomi) dapat membantu dengan
90% ejakulatnya mengandung spermatozoa , akan tetapi angka kehamilannya
berkisar antara 5- 30 %.
Pada penderita dengan gangguan
spermatogenesis yang penyebabnya idiopatik, beberapa pengobatan telah diberikan
dan ternyata memberikan hasil yang cukup menggembirakan. Beberapa diantaranya
adalah: Androgen seperti mesterolon dan fluoksimestron yang diberikan peroral,
Klomifen sitrat, Gonadotropin (HCG, HMG, HCG+HMG), Fosfolipid esensial, seng
(Zn), dan vitamin E (Dalton, 1985). Inseminasi buatan suami (AIH), inseminasi
buatan dengan menggunakan sperma suami dapat dilakukan pada keadaan-keadaan:
Gangguan transpor sperma ke dalam vagina seperti pada impotensi, ejakulasi
retrogrid, hipospadia/epispadia; Kualitas dan kuantitas spermatozoa terganggu;
Gangguan penetrasi spermatozoa ke kanalis servikalis (Hughes et al,1987;
Hinting,1999).
Beberapa cara inseminasi buatan yang umum dilakukan ialah :
paraservikal, intraservikal dan intrauteri. Ternyata cara pengobatan
infertilitas konvensional yang telah disebutkan di atas tidak terlalu
menggembirakan, karena keberhasilannya tidak memuaskan 100 persen dalam
memperbaiki kesuburan. Perkembangan ilmu dan teknologi dalam bidang reproduksi
telah memberikan harapan baru bagi pasangan infertil untuk mewujudkan
keinginannya mempunyai anak. Tenologi kedokteran yang membantu pasangan
infertil untuk berhasil hamil dan melahirkan anak, secara umum disebut
Teknologi Reproduksi Dibantu (Assisted Reproductive Technology = ART). Pada
dasarnya teknologi ini tidak memperbaiki kesuburan, teknologi ini langsung
menerobos menuju pada masalah keinginan menjadi hamil dan mempunyai anak, tanpa
mencoba memperbaiki kesuburan yang terganggu.
Beberapa cara ART telah dicoba
dan diterapkan untuk menangani kasus infertilitas, yaitu In vitro fertilization
– Embryo Transfer (IVF-ET), yang secara populer disebut bayi tabung. Ternyata
keberhasilan cara-cara tersebut juga belum memuaskan, khususnya pada
kasus-kasus OligoAsthenoTeratozoospermia berat (Hinting,1999).
Dalam perkembangannya kemudian,
didapatkan cara yang lebih canggih yaitu cara fertilisasi dengan bantuan
manipulasi secara mikro ialah cara Intracytoplasmic Sperm Injection (ICSI) yang
baru pada tahun 1992 dipublikasikan kehamilan pertamanya. Teknik ICSI hanya
menggunakan satu spermatozoa untuk membuahi satu oosit untuk menghasilkan
fertilisasi dan kehamilan. Cara ICSI telah memungkinkan terjadinya kehamilan
walaupun sperma dalam keadaan Oligoastenoteratozoospermia yang berat , bahkan
dalam keadaan azoospermia obstruktif. Dalam keadaan azoospermia (obstruktif),
maka sel spermatozoa diambil dari epididimis atau testis. Pengambilan sel
spermatozoa dari epididimis atau testis dapat dilakukan dengan cara Percutaneus
Epididymal Sperm Aspiration (PESA) atau Microsurgical Epididymal Sperm
Aspiration (MESA), sedangkan spermatozoa dari testis diambil dengan cara
Testicular Sperm Extraction (TESE) (Soebadi,1999).
Dengan cara ICSI nampaknya
merupakan harapan terbaru bagi pasangan infertil, khususnya yang disebabkan
karena gangguan reproduksi berat di pihak pria. Sayangnya biaya yang diperlukan
cukup tinggi, sehingga tidak semua pasangan infertil yang gangguan
reproduksinya berat bisa menjangkau cara penanganan ICSI ini.
faktor ketidaksuburan menjadi momok paling menakutkan
bagi pria dan wanita dewasa. Meskipun ketidaksuburan bisa disebabkan oleh
factor genetic, juga bisa karena hal di luar genetic.
Infertilitas atau ketidaksuburan yang disebabkan oleh
faktor genetik tentu sulit dicegah. Namun, kemandulan yang disebabkan oleh
hal-hal di luar genetik, seperti gaya hidup dan pola makan, sangat mungkin
untuk dicegah.
"Makanan biasanya ada zat oksidannya dan itu
mengganggu proses reproduksi. Karena itu sebaiknya mengonsumsi makanan tambahan
atau suplemen yang mengandung antioksidan," kata dokter spesialis
Andrologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Dr dr Wahyuning
Ramelan, SpA & K di Jakarta, sebagaimana dikutip dari blog
kesehatanalami.com.
Kondisi emosi yang stres dan kebiasaan merokok akan
memengaruhi kesehatan dan jumlah produksi sperma pun akan berkurang atau
menurun.
Bahkan pada perempuan yang merokok atau perpapar asap
rokok akan membahayakan kesehatan janin. Begitu pun pola konsumsi makanan,
dianjurkan agar mengonsumsi makanan sehat dan menghindari makanan berpengawet.
Prof Dr dr Ali Baziad, SpOG & K dari Brawijaya
Women & Children's Hospital Jakarta mengatakan bahwa tidak hanya
menghindari makanan yang mengandung oksidan dan berhenti merokok, yang harus
dihindari juga adalah medan elektromagnetik. Seperti medan elektromagnetik yang
dipacarkan handphone.
Wahyuning Ramelan, juga mengingatkan untuk menghindari
penyakit menular seksual. Penyakit ini bisa mengakibatkan infertilitas pada
laki-laki karena infeksi tersebut menyumbat saluran keluar sperma, bahkan
sampai merusak spermatogenesis (proses pembentukan sperma).
Jadi jika ingin mendapat momongan, yang terpenting,
jalani pola hidup sehat, makan makanan yang bergizi baik, hindari paparan medan
elektrostatik, elektromagnetik, hindari rokok, dan silakan menambah antioksidan.
ROLE PLAY
pada hari minggu pasangan
suami istri melakukan konsultasi di BPS mengenai masalah yang sedang di
alaminya
Pak hadi dan bu lina : “ assalamualaikum”
Bidan :
“ waalaikumsalam, apa kabar pak bu silahkan duduk ?”
Pak Hadi :
“ alhamdulillah baik bu, kita ada janji kan bu konsultasi hari ini?”
Bidan :“ oh ya saya sudah
menunggu kedatangan bapak dan ibu, memangnya ada permasalahan
apa bu, pak ?”
Bu Lina :“ maaf bu bidan
sebelumnya ya, sebenarnya saya malu menceritakan ini pada ibu bidan “
Bidan :”
kenapa malu bu, tenang saja saya disini memang bertugas untuk menangani masalah
pasien-pasien saya dan insyaalloh jika saya mampu saya bantu ibu dan bapak,
memang nya ada apa?”
Pak Hadi :” saya dan istri saya sudah menikah
selama 3 tahun tapi belum juga dapat momongan bu.”
Bidan :”sebelumnya saya mau
tanya ,apakah ibu tiap bulannya mengalami menstruasi dengan teratur ?”
Ibu :”
saya selalu teratur dalam menstruasi, tiap bulannya “.
Bidan :”
maaf kalau bapak kerja di mana ? ”
Pak Hadi :
“ Saya kerja sebagai guru di cianjur “
Bidan : “ tinggal bersama
dengan ibu atau bapak jarang pulang karena tepat kerja bapak jauh dari rumah sehingga bapak jarang
bertemu dengan ibu ?”
Pak Hadi : “ Saya dan ibu tinggal bersama tiap
hari, bahkan kami kerja juga bersamaan di SD NUSA INDAH”
Bidan : “ mohon maaf ya
bu ”. ibu dengan bapak berhubungan seks berapa kali dalam seminggu ?”
Ibu Lina :”
ah malu bu “
Bidan : “ tidak apa-apa
,saya disini bertanya untuk tau apa permasalahan ibu sehingga saya bisa
menentukan masalah ibu dan bapak ?”
Pak Hadi :”saya
berhubungan 3 kali seminggu bu bidan”.
Bidan :”hmmm
(sambil mencatat ), bagaimana pola makan dan ibu setiap hari?”
Ibu Lina :”pola
makan saya dan suami baik, penuh dengan kandungan gizi kok bu.”
Bidan :
“ apakah bapak dan ibu merokok ?”
Bapak Hadi :”
alhamdulillah saya dan istri tidak merokok bu bidan.”
Bidan :” Bagus kalau begitu, semua data
yang saya tanyakan ibu sehat tetapi saya belum tau kondisi bapak ,seperti
sperma bapak alat reproduksi bapak bagaimana ,normal atau tidak .”
Ibu Lina :”
O.. dari bapak juga bisa mempengaruhi ya ibu bidan?”
Ibu Bidan :”
Iya tentu saja yang membuahi ibu kan suami ibu sendiri”
Bapak Hadi :”tetapi dalam pemeriksaan ibu bidan kami
itu masih bisa punya anak atau tidak?”
Bidan :” baik bapak ibu
begini saja ya, banyak sekali faktor yang menyebabkan ibu dan bapak tidak
mempunyai keturunan, tetapi ibu dan bapak jangan dulu putus asa , disini
berdasarkan data dari bapak dan ibu, semuanya baik mungkin saya sarankan bapak
melakukan tes laboratorium untuk mengetahui kualitas sperma bapak.”
Bapak Hadi :”
oh begitu ya bu,.ada lagi gak bu bidan solusi yang lainnya?”
Bu bidan :” dalam hubungan
seks juga pak , Pada hal yang benar adalah hubungan seks harus
dilakukan secara teratur sesuai dengan periode pematangan spermatozoa (2-3
hari) dengan demikian akan diperoleh spermatozoa yang sehat dan berkualitas. Juga masalah
posisi dan pascaejakulasi yang benar adalah pihak wanita tidur
terlentang (bila perlu diberi bantal dibawah pantat) dan istirahat 1-2 jam,
setelah itu baru bisa membersihkan diri. Hal ini untuk memberi kesempatan pada
spermatozoa pada forniks posterior vagina untuk melakukan penetrasi ke dalam
kanalis servikalis.
Ada tips buat bapak dan
ibu Jadi jika
ingin mendapat momongan, yang terpenting, jalani pola hidup sehat, makan
makanan yang bergizi baik, hindari paparan medan elektrostatik,
elektromagnetik, hindari rokok, dan silakan menambah antioksidan.”
Ibu Lina :” O.. begitu ya bu, baik saya akan
mencoba memeriksakan suami saya ke laboratorium untuk memastikan apakah sperma
bapak baik atau tidak .”
Bidan :” ya lebih bagus, jadi ibu dan
bapak tau siapa yang menyebabakan bapak dan ibu tidak bisa mempunyai keturunan
.”
Bapak Hadi :”
ya bu bidan mudah-mudahan kami berdua baik-baik saja ya !”
Bidan :” ya tentu saja saya doakan
mudah-mudahan bapak dan ibu sehat dan bisa mempunyai keturunan .”
Bapak dan Ibu
:” amin ibu bidan”.
Ibu Lina :”Sebelummya terimakasih ya bu bidan
atas informasinya sehingga saya dan suami bisa tau permasalahan yang kami alami
“
Bidan :
“ya sama-sama, semoga bapak dan ibu cepat-cepat di beri keturunan.”
Bapak Hadi :”
ya saya pamit ibu bidan, sekali lagi terimakasih”
Bidan :”ya
sama-sama, sampai ketemu lagi dilain waktu”
Bapak dan Ibu
:”asalamualaikum”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar